Kamis, 15 Mei 2014

JALAN SIAPAKAH YANG KITA IKUTI?


Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillah, segala puji hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir jaman.
Sobat yang senantiasa dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Allah menyampaikan kepada kita bahwa sejatinya manusia hidup di dunia ini diberi dua pilihan antara dua jalan. Yaitu kebaikan dan keburukan. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. As-Syams: 8-10).
            Begitulah hidup di dunia ini. Kita pasti akan ditawarkan oleh dua buah jalan, yang setiap jalan ada konsekuensinya. Jalan kefasikan, yang apabila kita ikuti maka akan merugi, dan jalan ketakwaan yang apabila kita mengikutinya, maka kita akan menjadi orang yang beruntung.


            Setelah kita mengetahui bahwa terdapat dua buah jalan, yaitu jalan ketakwaan dan jalan kesesatan, mungkin kita akan bertanya-tanya, jalan siapakah yang harus kita ikuti agar kita bisa menjadi orang-orang yang beruntung?
            Allah Ta’ala berfirman: “...dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa” (QS. Al-An’am: 153)
            Jalan yang lurus tentu adalah jalan yang telah Allah tunjukkan agar kita ikuti. Dan tentu saja jalan yang lurus itu merupakan jalan yang telah dibuat oleh nabi kita yang mulia Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Jalan itu adalah sunnah, dan jalan itu terang benderang. Setelah itu, Allah melanjutkan agar kita jangan mengikuti jalan-jalan yang lain, dan yang dimaksud jalan yang lain itu adalah bid’ah, karena bid’ah merupakan pangkal perpecahan umat dan juga merupakan jalan menuju kesesatan (Al-I’tisham oleh Imam As-Syatibi i:76)
            Tidak ada yang meragukan kelurusan jalan ini (jalan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam). Karena beliau adalah orang yang maksum (dijaga oleh Allah) dari berbagai macam perbuatan dosa. Beliau adalah manusia dengan akhlak terbaik. Bahkan Al-Qur’an telah memuji beliau dan memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang dibawa olehnya.
            Allah Ta’ala berfirman: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31).
            Ini disebabkan betapa mulianya akhlak beliau. Sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS. Al-Ahzab: 21).
            Bahkan dalam sebuah hadits mahsyur dari Aisyah radiyallahu anha, “Akhlak Rasulullah  adalah al-Qur‘an.” (HR. Muslim)
            Subhanallah, saya rasa bahkan kalian juga setuju bahwa tidak ada manusia di muka bumi ini yang memiliki keindahan akhlak seperti beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Seluruh sisi kehidupan dan ucapan beliau sesungguhnya merupakan teladan akan kesempurnaan akhlak dan kemuliaan amalan. Dan Allah Jala Wa’ala memuji beliau dalam firmanNya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
            Maka jelaslah, bahwa jalan keselamatan adalah jalan yang dibawa oleh Rasulullah. Maka jalan itu ialah sunnah! Benar, yaitu apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah, baik perkata-an maupun perbuatannya, yang termaktub dalam hadits yang shahih. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits mahsyur, bahwa kelak umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan.
            Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
            “Sesungguhnya orang Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. Adapun Nashrani terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umat ini terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di neraka kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka wahai Rasulullah?” “Golongan yang mengikuti ajaranku dan para sahabatku“, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.” ( HR. Al Hakim dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma. Adz Dzahabi menshahihkan dan menyetujuinya. Lihat Al Mustadrok 1: 129. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir 8519. Lihat catatan kaki dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4: 424).
            Sebuah jaminan yang sangat agung, apabila kita tetap istiqomah mengikuti jalan di mana Rasulullah dan para sahabat berada di atasnya. Di saat mereka terancam neraka, kita bisa masuk surga karena mengikuti jalan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, Insya Allah. Bahkan seorang imam besar, yaitu Imam Malik rahimahullah mengatakan “Sunnah laksana bahtera (perahu) Nuh. Siapa yang menaikinya, ia akan selamat. Dan siapa yang enggan, maka ia akan binasa.”
            Sungguh perkataan beliau ini menegaskan bahwa ikutilah jalan Rasul apabila kita berkata bahwa Muhammad adalah Rasulullah, dan juga apabila kita ingin selamat dunia-akhirat. Semoga kita bisa diberi keistiqomahan agar kita bisa mengikuti jalan yang lurus ini hingga akhir hayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar