Bismillahirrahmaanirrahiim,
alhamdulillah, segala puji hanya ditujukan kepada Allah Ta’ala, dan sholawat
serta salam semoga selalu tercurahkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir jaman.
Sobat
yang senantiasa dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Allah menyampaikan
kepada kita bahwa sejatinya manusia hidup di dunia ini diberi dua pilihan
antara dua jalan. Yaitu kebaikan dan keburukan. “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan
jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. As-Syams:
8-10).
Begitulah hidup di dunia ini. Kita
pasti akan ditawarkan oleh dua buah jalan, yang setiap jalan ada
konsekuensinya. Jalan kefasikan, yang apabila kita ikuti maka akan merugi, dan
jalan ketakwaan yang apabila kita mengikutinya, maka kita akan menjadi orang
yang beruntung.
Setelah kita mengetahui bahwa
terdapat dua buah jalan, yaitu jalan ketakwaan dan jalan kesesatan, mungkin
kita akan bertanya-tanya, jalan siapakah yang harus kita ikuti agar kita bisa
menjadi orang-orang yang beruntung?
Allah Ta’ala berfirman: “...dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah
jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa” (QS. Al-An’am: 153)
Jalan yang lurus tentu adalah jalan
yang telah Allah tunjukkan agar kita ikuti. Dan tentu saja jalan yang lurus itu
merupakan jalan yang telah dibuat oleh nabi kita yang mulia Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wasallam. Jalan itu adalah sunnah, dan jalan itu terang benderang.
Setelah itu, Allah melanjutkan agar kita jangan mengikuti jalan-jalan yang
lain, dan yang dimaksud jalan yang lain itu adalah bid’ah, karena bid’ah
merupakan pangkal perpecahan umat dan juga merupakan jalan menuju kesesatan
(Al-I’tisham oleh Imam As-Syatibi i:76)
Tidak ada yang meragukan kelurusan
jalan ini (jalan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam). Karena beliau adalah
orang yang maksum (dijaga oleh Allah) dari berbagai macam perbuatan dosa.
Beliau adalah manusia dengan akhlak terbaik. Bahkan Al-Qur’an telah memuji
beliau dan memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang dibawa olehnya.
Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Ali Imran: 31).
Ini
disebabkan betapa mulianya akhlak beliau. Sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah" (QS. Al-Ahzab: 21).
Bahkan dalam sebuah hadits mahsyur
dari Aisyah radiyallahu anha, “Akhlak
Rasulullah adalah al-Qur‘an.” (HR.
Muslim)
Subhanallah, saya rasa bahkan kalian
juga setuju bahwa tidak ada manusia di muka bumi ini yang memiliki keindahan
akhlak seperti beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Seluruh sisi kehidupan dan
ucapan beliau sesungguhnya merupakan teladan akan kesempurnaan akhlak dan
kemuliaan amalan. Dan Allah Jala Wa’ala memuji beliau dalam firmanNya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Maka jelaslah, bahwa jalan
keselamatan adalah jalan yang dibawa oleh Rasulullah. Maka jalan itu ialah
sunnah! Benar, yaitu apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah, baik perkata-an
maupun perbuatannya, yang termaktub dalam hadits yang shahih. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits mahsyur, bahwa kelak umat
Islam akan terpecah menjadi 73 golongan.
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72
golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka
kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman
sahabatku.” (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan)
“Sesungguhnya orang Yahudi
terpecah menjadi 71 golongan. Adapun Nashrani terpecah menjadi 72 golongan.
Sedangkan umat ini terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di neraka kecuali
satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapa mereka wahai
Rasulullah?” “Golongan yang mengikuti ajaranku dan para
sahabatku“, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.” ( HR. Al Hakim dari hadits ‘Abdullah bin
‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma. Adz Dzahabi menshahihkan dan
menyetujuinya. Lihat Al Mustadrok 1:
129. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir 8519. Lihat catatan kaki dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
4: 424).
Sebuah jaminan yang sangat agung,
apabila kita tetap istiqomah mengikuti jalan di mana Rasulullah dan para
sahabat berada di atasnya. Di saat mereka terancam neraka, kita bisa masuk
surga karena mengikuti jalan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, Insya Allah.
Bahkan seorang imam besar, yaitu Imam Malik rahimahullah mengatakan “Sunnah
laksana bahtera (perahu) Nuh. Siapa yang menaikinya, ia akan selamat. Dan siapa
yang enggan, maka ia akan binasa.”
Sungguh perkataan
beliau ini menegaskan bahwa ikutilah jalan Rasul apabila kita berkata bahwa
Muhammad adalah Rasulullah, dan juga apabila kita ingin selamat dunia-akhirat.
Semoga kita bisa diberi keistiqomahan agar kita bisa mengikuti jalan yang lurus
ini hingga akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar